Jumat, 07 November 2008

OBAMA DAN KEBIJAKAN AS


Dimuat di HU FAJAR BANTEN, Jumat, 7 Nov-08


        Akhirnya dunia bisa melihat, Barack Hussein Obama dari kubu Partai Demokrat mengungguli John McCain dari kubu Partai Republik. Ini merupakan prestasi bersejarah orang kulit hitam menduduki kursi nomer satu sebagai Presiden AS yang ke-44. Meski diterpa krisis global menuju kehancuran kapitalisme, dunia pun seolah beralih harapan dan tumpuan pada transisi kepemimpinan AS, terlebih dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih harmonis dan beradab.
        Akan tetapi benarkah Obama dapat memutar 180 derajat kebijakan AS selama ini yang double-standard? Atau seperti apa semestinya menyikapi kejadian ini? Apakah stick and carrot menjadi slogan yang tidak terpisahkan dalam episode gaib 'War Againts Terrorism' demi kepentingan kapitalisme global AS? Semoga tulisan ringkas ini bisa menjadi sumbang saran guna menajamkan pemikiran dan wawasan.

Fenomena Partai Demokrat AS
        Angin kebencian terhadap Bush dan kebijakan politik luar negeri yang tidak popular delapan tahun terakhir ini telah memberikan citra negatif terhadap kebebasan dan demokrasi Negara Paman Sam. Oleh karena itu setiap apun perubahan bisa jadi akan berdampak pada perubahan disisi yang lainnya. Begitu juga perubahan kepemimpinan AS dibawah tangan Obama. Apalagi dalam masa kampanye Pilpres nya pernah mengutarakan niatnya akan menarik pasukan AS dari wilayah Irak karena sudah dianggap tidak efektif lagi. Tetapi kemudian akan memindahkan penempatan pasukan tersebut ke wilayah Afghanistan dan Pakistan. Jadi hanya memindahkan permasalahan dari Irak ke tempat lainnya. Yang terjadi tetap pembantaian, penjajahan, dan eksploitasi negara yang diduduki. Sebenarnya ini hanya perubahan strategi sedangkan main stream nya tetap pada pokok imperialisme gaya baru bertopeng operasi penyelamatan dan mencari sarang teroris.
        Episode kapitalisme global AS dibawah Obama yang lahir dari rahim Partai Demokrat bisa jadi lebih cerewet berkaitan dengan isu-isu seperti Hak Asasi Manusia (HAM), kebebasan, dan sejenisnya. Ungkapan ini tidaklah mengada-ada, sebuah fakta pernah terjadi ketika para senator Amerika mengirimkan surat keberatan atas penangkapan dua orang Papua yang telah divonis oleh pengadilan. Dan mayoritas yang duduk di senat adalah dari Partai Demokrat. Bahkan disana ada kelompok para senat yang dijuluki Kaukus Papua yang berjuang dan berupaya memerdekakan dari NKRI. Ini bisa menjadi indikasi akan menguatnya intervensi AS terhadap Indonesia dimasa mendatang. Lagi-lagi Amerika merasa berhak mencampuri urusan negara lain. Negara lain tetap terkungkung dalam hegemoni dan kapitalisasi AS melalui para kapital asing.
        Sedangkan dari aspek moralitas, Partai Demokrat adalah partai pengusung ide-ide kebebasan atau liberalisme. Oleh karena itu bukan hal yang mustahil Amerika sebagai kampium demokrasi akan memberikan dukungan langsung ataupun tersembunyi terhadap upaya-upaya dari kelompok gay, lesbian, homoseksual, pornografi, pornoaksi untuk mengaktualisasikan diri serta kelompoknya dalam ranah kehidupan. Bukan hal aneh juga ketika kasus insiden Monas 1 Juni lampau, konsulat AS di Jakarta merasa perlu menengok korban kekerasan tersebut. Bisa jadi ini menjadi salah satu dukungan real eksistensi aliran sesat Ahmadiyah. Dukungan ini semakin lebih kuat jika semua perangkat undang-undang yang dikeluarkan Pemerintah atau DPR berpihak pada kelompok tersebut. Undang-undang yang berbau liberalisasi dan kapitalisasi sangat disukai Amerika dan LSM Kompradornya. Sayangnya fenomena ini sangat jarang terdeteksi padar analis atau pengamat politik.
        Lebih lanjut seorang Obama bukanlah Amerika, artinya berubahnya Presiden AS tidak secara otomatis seluruh kebijakan akan berubah total. Kalaulah semua orang berharap banyak pada Presiden Obama, sepertinya patut direnungkan. Karena Amerika adalah sebuah negara dengan struktur Pemerintahan dan kebijakan yang permanen. Sedangkan haluan politik pemerintah didominasi oleh para senator bukan personal presiden semata. Haluan politik Amerika adalah imperialisme modern dan eksploitasi kekayaan alam terhadap negara-negara yang dibawah tekanan AS.

Obama; Pro-Israel

        Kiranya agar lebih menukik lagi tentang analisis kebijakan Pemerintah AS dimasa mendatang, bisa disimak beberapa petikan yang pernah diungkapkan Obama dalam kampanye Presiden diantaranya masih kuatnya dukungan AS akan sekutunya Israel, terlebih menekankan keamanan Israel dan keberlangsungan masyarakatnya di jantung Islam, Palestina. Berikut salah satu petikan tersebut: "Saya berjanji kepada Anda bahwa saya akan melakukan apapun yang saya bisa dalam kapasitas apapun untuk tidak hanya menjamin kemanan Israel tapi juga menjamin bahwa rakyat Israel bisa maju dan makmur dan mewujudkan banyak mimpi yang dibuat 60 tahun lalu," kata Obama dalam sebuah acara yang disponsori oleh Kedutaan Besar Israel di Washington untuk menghormati hari jadi negara Israel yang ke-60. Dia diperkenalkan oleh duta besar Israel kepada AS, Sallai Meridor.

        Dunia sudah paham dan mengerti sejak tahun 1948, Israel merebut tanah Palestina dan membantai rakyatnya hingga kini. Tetapi dari putaran Pilpres AS dan bergantinya pemimpin disana, tidak mengubah kebijakan yang pro-Israel. Bandingkan ketika alasan yang irrasional AS berulang-kali melakukan hak veto ketika sanksi PBB akan dijatuhkan kepada Israel yang nyata-nyata melakukan kejahatan perang dan tindakan tidak manusiawi. Begitu saja, sungguh ironis, ketika invasi AS ke Irak, tanpa persetujuan PBB, hingga kini tetap berlangsung dengan jumlah korban rakyat Irak yang tidak sedikit sekaligus menanggung derita berkepanjangan akibat aneksasi tidak beradab dari pasukan sekutu pimpinan AS.

        Sebaliknya terhadap pembelaan yang dilakukan oleh kalangan masyarakat Palestina dan para intifadhah (pejuang), Obama menyebut mereka dengan sebutan hina berupa teroris. Lihatlah petikan "Saya sudah mengatakan bahwa mereka adalah organisasi teroris, yang tidak boleh kita ajak negosiasi kecuali jika mereka mengakui Israel, meninggalkan kekerasan, dan kecuali mereka mau diam oleh perjanjian sebelumnya antara Palestina dan Israel." Jadi tidak ada perbedaan yang berarti dari seorang Bush dan Obama dalam hal menyikapi penindasan Israel diatas tanah suci Palestina yang sudah berjalan 60 tahun! Setali tiga uang, siapapun Presiden AS, penindasan oleh Israel dan diskriminasi manusia terus terjadi tetapi tetap direstui!

        Oleh karena itu mencurahkan tumpuan kepada seorang Obama untuk merubah perilaku AS dan segala kebijakan dunia saat ini, adalah sebuah hal yang tidak semestinya. Diperlukan kepemimpinan ideologis lain disaat AS dengan ideologi sekular kapitalisme tidak bisa menjawab problema masyarakat dunia. Idologi kapitalisme terbukti biang krisis dan resesi global saat ini, sedangkan ideologi sekular telah menjadikan manusia keluar dari jati diri atau fitrahnya yang beradab. Dan adanya status quo yang pro AS, lebih tepatnya lagi pro sekular dan pro kapitalisme, justeru akan memperpanjang sejarah kekerasan AS dan melanjutkan kejahatan atas peradaban manusia. Beralih kepada ideologi lain maksudnya adalah syariah yang sejatinya sesuai dengan fitrah manusia dan menentramkan jiwa. Kalo dalam histori terbukti 1500 tahun eksis peradaban dunia dengan syariah serta sekaligus yang menjadi solusi fundamental dan faktual tanpa diskriminasi maupun penindasan, kenapa tidak beralih kepemimpinan dunia ini menuju kesana? Wallahua'alam.

Oleh Imam Sutiyono-Humas HTI Kota Cilegon

       

Tidak ada komentar: